Rabu, 24 Oktober 2012


Foto: Cinta Akan Allah

Apalah nilainya setakat mencintai manusia yang pasti punah berbanding nilai mencintai Allah yang kekal abadi.  Demikian manusia selalu alpa untuk mencintai Penciptanya  lantaran  terlalu leka melayani permainan dan hiburan yang bermacam-macam di atas dunia.

Akan hal cinta yang dibekalkan kepada manusia, allah berfirman:
 
"Niscaya akan dijadikan untuk mereka oleh Tuhan Pengasih suatu percintaan." (Maryam:  96).

Arti percintaan di ujung ayat ini ialah bahwa orang beriman dan beramal shalih itu dengan sendirinya tumbuh rasa cinta di hati orang sesama Mu'min terhadap kepada dirinya. Sebab iman itu menimbulkan sinar dalam batin, dan sinar batin itu melimpah keluar, memancarlah sinar itu kepada wajah, kepada mata, kepada rambut dan kepada seluruh diri; cahaya yang menimbulkan cinta. 

Sebagaimana tersebut di dalam sebuah Hadits yang dirawikan oleh Termidzi dari Sa'ad bin Abu Waqash dan Abu Hurairah:
                     
"Bahwasanya Nabi s.a.w. berkata: "Apabila Allah telah mencintai seorang hamba, dipanggil-Nya Jibril : " Sesungguhnya Aku telah rnencintai si Fulan, maka cintai pulalah dia." Berkata s.a.w.: Maka menyerulah Jibril itu di langit. Kemudian turunlah kepadanya cinta itu pada penduduk bumi. Itulah maksud sabda Allah: "Akan dijadikan untuk mereka oleh Tuhan Pengasih suatu per¬cintaan." Dan apabila telah benci Allah kepada seorang hamba. Dipanggil-Nya pula Jibril : "Aku telah benci kepada si Fulan." maka diserukannya pulalah di langgit , kemudian turunlah kepadanya kebencian itu ke atas bumi."

(Termidzi mengatakan bahwa Hadits ini Hasan, dan dikeluarkan juga Hadis dengan arti seperti ini oleh Bukhari dan Muslim dan ditulis juga oleh Imam Malik di dalam Al-Muwaththa') . 

Dan ada pula satu Hadis yang dirawikan oleh Abu Bakar bin Sabiq al-Amawi, dengan sanadnya dan Ibnu Ahbas, bahwa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:
 
"Sesungguhnya Allah memberikan kepada orang yang Mu'min itu rasa dekat dan muka jemih dan rasa cinta dalam hati orang-orang yang salih dan malaikat-malaikat. "

Ibnu Abbas menceriterakan tentang kecintaan orang kepada orang yang beriman dan beramal salih itu demikian: "Dijadikan Allah dalam hati hamba-hamba Allah rasa sayang kepadanya. Tidak bertemu dengan dia seorang yang ada iman pula, melainkan terus merasa hormat. Bahkan orang-orang musyrik dan munafik pun terpaksa membesarkannya."

Haram bin Hayyan berkata pula: "Apabila seseorang telah menghadapkan hatinya kepada Allah, Allah pun akan menghadapkan hati orang-orang yang beriman pula kepada-Nya, sehingga dia mendapat rezeki dengan cinta mereka dan kasih-sayang rnereka." 

AI-Qurthubi memberikan penafsirannya pula: "Bila seseorang telah dicintai orang di dunia ini, di akhirat pun dia akan dicintai juga. Karena Allah tidaklah mencintai, kecuali terhadap orang yang beriman dan bertakwa, dan tidak Dia redha  kecuali kepada orang yang ikhlas dan bersih hati. Moga-moga kita di¬masukkan Allah dalam golongan itu dengan kurnia dan kasihnya."
Mujahid menjelaskan pula arti cinta Mu'min itu: "Dicintai dia oleh manusia di dunia ini." 

Said bin Jubair menjelaskan pula: "Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai dia, artinya sesama orang beriman." 
Al-`Aufi menjelaskan lagi menurut riwayat yang diterimanya dari Ibnu Abbas: "Dicintai oleh Kaum Muslimin di dunia ini mendapat rezeki yang baik dan lidah yang jujur."

Saiyidina Usman bin Affan berkata pula: "Tidaklah seorang hamba me¬ngerjakan amal yang baik atau pun amal yang buruk, melainkan pastilah Allah Yang Maha Kuasa akan memperlihatkan bekas amal itu pada laku perangai¬nya.Cinta Akan Allah

Apalah nilainya setakat mencintai manusia yang pasti punah berbanding nilai mencintai Allah yang kekal abadi. Demikian manusia selalu alpa untuk mencintai Penciptanya lantaran terlalu leka melayani permainan dan hiburan
yang bermacam-macam di atas dunia.

Akan hal cinta yang dibekalkan kepada manusia, allah berfirman:

"Niscaya akan dijadikan untuk mereka oleh Tuhan Pengasih suatu percintaan." (Maryam: 96).

Arti percintaan di ujung ayat ini ialah bahwa orang beriman dan beramal shalih itu dengan sendirinya tumbuh rasa cinta di hati orang sesama Mu'min terhadap kepada dirinya. Sebab iman itu menimbulkan sinar dalam batin, dan sinar batin itu melimpah keluar, memancarlah sinar itu kepada wajah, kepada mata, kepada rambut dan kepada seluruh diri; cahaya yang menimbulkan cinta.

Sebagaimana tersebut di dalam sebuah Hadits yang dirawikan oleh Termidzi dari Sa'ad bin Abu Waqash dan Abu Hurairah:

"Bahwasanya Nabi s.a.w. berkata: "Apabila Allah telah mencintai seorang hamba, dipanggil-Nya Jibril : " Sesungguhnya Aku telah rnencintai si Fulan, maka cintai pulalah dia." Berkata s.a.w.: Maka menyerulah Jibril itu di langit. Kemudian turunlah kepadanya cinta itu pada penduduk bumi. Itulah maksud sabda Allah: "Akan dijadikan untuk mereka oleh Tuhan Pengasih suatu per¬cintaan." Dan apabila telah benci Allah kepada seorang hamba. Dipanggil-Nya pula Jibril : "Aku telah benci kepada si Fulan." maka diserukannya pulalah di langgit , kemudian turunlah kepadanya kebencian itu ke atas bumi."

(Termidzi mengatakan bahwa Hadits ini Hasan, dan dikeluarkan juga Hadis dengan arti seperti ini oleh Bukhari dan Muslim dan ditulis juga oleh Imam Malik di dalam Al-Muwaththa') .

Dan ada pula satu Hadis yang dirawikan oleh Abu Bakar bin Sabiq al-Amawi, dengan sanadnya dan Ibnu Ahbas, bahwa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:

"Sesungguhnya Allah memberikan kepada orang yang Mu'min itu rasa dekat dan muka jemih dan rasa cinta dalam hati orang-orang yang salih dan malaikat-malaikat. "

Ibnu Abbas menceriterakan tentang kecintaan orang kepada orang yang beriman dan beramal salih itu demikian: "Dijadikan Allah dalam hati hamba-hamba Allah rasa sayang kepadanya. Tidak bertemu dengan dia seorang yang ada iman pula, melainkan terus merasa hormat. Bahkan orang-orang musyrik dan munafik pun terpaksa membesarkannya."

Haram bin Hayyan berkata pula: "Apabila seseorang telah menghadapkan hatinya kepada Allah, Allah pun akan menghadapkan hati orang-orang yang beriman pula kepada-Nya, sehingga dia mendapat rezeki dengan cinta mereka dan kasih-sayang rnereka."

AI-Qurthubi memberikan penafsirannya pula: "Bila seseorang telah dicintai orang di dunia ini, di akhirat pun dia akan dicintai juga. Karena Allah tidaklah mencintai, kecuali terhadap orang yang beriman dan bertakwa, dan tidak Dia redha kecuali kepada orang yang ikhlas dan bersih hati. Moga-moga kita di¬masukkan Allah dalam golongan itu dengan kurnia dan kasihnya."
Mujahid menjelaskan pula arti cinta Mu'min itu: "Dicintai dia oleh manusia di dunia ini."

Said bin Jubair menjelaskan pula: "Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai dia, artinya sesama orang beriman."
Al-`Aufi menjelaskan lagi menurut riwayat yang diterimanya dari Ibnu Abbas: "Dicintai oleh Kaum Muslimin di dunia ini mendapat rezeki yang baik dan lidah yang jujur."

Saiyidina Usman bin Affan berkata pula: "Tidaklah seorang hamba me¬ngerjakan amal yang baik atau pun amal yang buruk, melainkan pastilah Allah Yang Maha Kuasa akan memperlihatkan bekas amal itu pada laku perangai¬nya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan